Search This Blog

Friday, August 12, 2011

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANEMIA DENGAN KEJADIAN ANEMIA



Pada bab ini akan diuraikan teori yang mendukung variabel-variabel yang mendasari penelitian. Penjelasan teori ini dimulai dari konsep dasar pengetahuan, konsep dasar anemia, konsep dasar kehamilan, dan kerangka konseptual.

A.    Konsep Dasar Pengetahuan
1.      Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran (Notoatmodjo, 2003:121).
Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang di hadapinya. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung maupun pengalaman dari orang lain (Notoatmodjo, 2005:10).
2.      Tingkat pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:
a.       Know (Tahu)
Tahu diartikan mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukurnya antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
b.      Chomprehension (Memahami)
Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahuinya dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar, sehingga seseorang dapat menyebutkan atau menjelaskan contoh dari subjek yang telah dipelajari.
c.   Application (Aplikasi)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya), aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.
d.   Analysis (Analisis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lainnya. Analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan dan sebagainya.
e.   Syntesis (Sintesis)
Sintesis merupakan formulasi yang dapat menunjukkan suatu kemampuan  dalam menghubungkan bagian-bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f.   Evalution (Evaluasi)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek atau materi. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kreteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2003:122).
3.   Proses mengadopsi perilaku
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers Tahun 1974 dalam (Notoatmodjo, 2003:121) Mengungkapkan bahwa sebelum orang tersebut terjadi proses yang berurutan yaitu :                                             
a.       Awareness (Kesadaran)
Dimana seseorang menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b.      Interest (Peminatan)
 Subjek mulai tertarik pada stimulus atau objek tersebut, maka disini sikap objek mulai timbul.
c.       Evaluation (Penilaian)
Menimbang-nimbang terhadap baik atau tidaknya stimulus–stimulus bagi dirinya.
d.      Trial (Percobaan)
Dimana subjek mulai mencoba melaksanakan suatu hal sesuai yang dikehendaki oleh stimulus.
e.       Adoption (Adopsi)
Subjek yang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapya terhadap stimulus. Penerimaan perilaku baru atau adopsi yang di dasari pengetahuan kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting) ( Notoatmodjo, 2003:121-122).
4.   Cara memperoleh pengetahuan.
a.       Cara tradisional atau non Ilmiah
Cara kuno atau tradisional yang dipakai untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sebelum diketemukannya metode ilmiah, cara penemuan pengetahuan pada periode ini meliputi:
1)      Cara coba salah (Trial and Error)
Adalah cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan bahkan mungkin sebelum adanya peradaban.
Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah. Bila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain, bila kemungkinan kedua gagal pula, dicoba kembali dengan kemungkinan ketiga, bila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya sampai masalah tersebut dapat diselesaikan.
2)      Cara kekuasaan atau otoritas
Kabiasaan yang diwariskan secara turun temurun, kebiasaan ini diterima seolah-olah dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak. Pada prinsipnya orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas tanpa terlebih dahulu menguji/membuktikan kebenaranya. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut mengangap bahwa apa yang dikemukakannya adalah sudah benar.
3)      Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, pengalaman merupakan sumber pengetahuan/pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upanya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang sama, orang yang tidak menggunakan cara tersebut, bila gagal ia tidak akan mengulangi cara itu dan berusaha untuk mencari cara lain sehingga dapat berhasil memecahkan masalahnya.
4)      Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berfikir manusia ikut berkembang. Manusia mampu menggunakan penalaran dalam memperoleh pengetahuan, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya melalui induksi : proses pengetahuan
kesimpulan melalui pernyataan-pernyataan khusus kepada yang umum, deduksi : pembuatan kesimpulan dari pernyataan- pernyataan umum kepada yang khusus. Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan yang dikemukakan kemudian dicari hubungannya sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan.
b.      Cara modern atau cara ilmiah
Dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah. Cara ini dikembangkan oleh Francis Bacon  tahun 1561-1626 seorang tokoh yang mengembangkan metode berfikir induktif, ia mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam/kemasyarakatan kemudian hasil pengamatannya dikumpulkan dan diklasifikasikan dan akhirnya diambil kesimpulan umum, kemudian metode berfikir induktif dikembangkan oleh Bacon dilanjutkan oleh Desbold Van Daller. Ia mengatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan terhadap semua fakta yang berhubungan dengan objek yang diamati.
Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok yaitu :
1)      Segala sesuatu yang positif  yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat dilakukan pengamatan.
2)      Segala sesuatu yang negatif yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat dilakukan pengamatan.
3)      Gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala yang berubah-ubah pada kondisi tetentu (Notoatmodjo, 2005:10).





B.     Konsep Dasar Anemia Kehamilan
1.      Pengertian
Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu hamil dengan kadar Hb kurang dari 10 gr% (Mansjoer, 2001:288, Prawirohardjo, 2005:450, Mochtar, 1998:145).
Definisi anemia yaitu kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11 gr% pada trimister I dan III atau kadar  pada trimister II ( Saifuddin, 2006 : 281 ).
2.      Faktor-faktor yang menyebabkan kejadian anemia
a.       Faktor internal
1).    Kurang gizi
Kurang gizi merupakan proses makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang  tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi norma dari organ-organ serta menghasilkan energi.  (Nyoman, 2002:17).
2).    Perdarahan
Perdarahan merupakan kehilangan darah dalam jumlah besar tertentu saja akan menyebabkan kurangnya jumlah SDM dalam darah, sehingga terjadi anemia. Anemia karena perdarahan besar dan dalam waktu singkat tetapi hal ini jarang terjadi. (Sadikin, 2002:36).


3).    Pendidikan
Pendidikan merupakan segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku. (Notoatmodjo, 2003:16).
4).    Sosial ekonomi
Sosial ekonomi merupakan suatu konsep dan untuk mengukur sosial ekonomi keluarga misalnya harus melalui variabel-variabel tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan keluarga itu (Notoatmodjo, 2003:68).
b.      Fakto eksternal
1).    Sosial budaya
Sosial budaya merupakan prilaku, moral, kebiasaan nilai-nilai dan penggunaan sumber didalam suatu masyarakat yang akan menghasilkan suatu pola  hidup mencakup beberapa unsur diantaranya pengetahuan, kepercayaan, adat-istiadat, kemampuan serta kebiasaan masyarakat (Ahmadi, 2003:50).
2).    Sarana dan prasarana kesehatan
Sarana dan prasarana merupakan suatu yang dipakai sebagai alat untuk mencapai maksud dan tujuan apabila sarana dan prasarana kurang memadai maka masyarakat  tidak termotivasi untuk menikmati sarana kesehatan yang tersedia (Notoatmodjo, 2003:103).
3).    KIE bidan
Konseling interpersonal edukatif adalah proses pemberian informasi efektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan paduan keterampilan, komunikasi, interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik, bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini masalah yang dihadapi dan menentukan jalan keluar atau upaya untuk mengatasi masalah tersebut (Prawirohardjo, 2002 : 39 ).
4).    Peran serta bidan
Peran serta bidan merupakan keikutsertaan dalam memberikan pendidikan dan penyuluhan pada kalien ( individu, keluarga, kelompok, serta masyarakat), tentang penanggulangan masalah kesehatan ( Soepardan, 2007 : 48 ).
3.      Patofisiologi anemia
Anemia lebih sering dijumpai dalam kehamilan hal ini disebabkan karena dalam kehamilan keperluan zat-zat makanan bertambah dan terjadi pula perubahan-perubahan dalam darah dan sumsum tulang. Darah bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidramia/hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma, sehingga terjadi pengenceran darah. Pertambahan tersebut dibanding sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%. Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan. Mulai kehamilan delapan minggu sampai persalinan dan 40 hari post partum bahwa   kadar hemoglobin jumlah eritrosit dan nilai hemotrokit semuanya turun selama kehamilan sampai tujuh hari post partum dan kembali mencapai angka yang kira-kira sama dengan angka diluar kehamilan setelah 40 hari.


4.      Gejala dan tanda anemia
Wanita hamil dengan anemia akan mengalami gejala-gejala anemia sebagai berikut: penderita merasa sangat lelah, sakit kepala dan jika anemia timbul dengan cepat maka penderita mengeluh penglihatan berkunang-kunang (Sibuea, 2005:67). Namun gejala yang paling umum adalah pucat, yang mudah dilihat pada wajah penderita, gejala ini akan tampak lebih jelas lagi pada selaput lendir, yang mudah dilihat pada mulut dan bagian dalam kelopak mata (Sadikin,2002:25).
5.      Penyebab anemia pada umumnya
Kurang gizi (mal nutrisi), kurang zat besi dalam diet, malabsorpsi, kehilangan darah yang banyak, penyakit-penyakit kronis misalnya: TBC, paru-paru, cacing usus, malaria (Mochtar, 1998:145 ).
6.      Diagnosis anemia pada kehamilan
 Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan dengan anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda. Pemeriksaan dapat dilakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu pada trimester I dan trimester III. Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan sahli dapat digolongkan sebagai berikut:



a.       Hb 11 gr%      : tidak anemia
b.      Hb 9-10 gr%  : anemia ringan
c.       Hb 7-8 gr%    : anemia sedang
d.      Hb <7 gr%     : anemia berat
6.      Klasifikasi anemia
a.       Anemia difisiensi besi
Anemia dalam kehamilan yang sering dijumpai ialah anemia akibat kekurangan besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya unsur besi dengan makanan, karena gangguan reabsorbsi, gangguan penggunaan atau karena terlampau banyaknya besi keluar dari badan, misalnya pada perdarahan.
b.      Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi asam folik (pteroyglutamic acid), jarang sekali karena defisiensi vitamin B12 (Cyanocobalamin). Berbeda dari Eropa dan Amerika Serikat frekuensi anemia megaloblastik dalam kehamilan cukup tinggi di Asia seperti India, Malaysia dan Indonesia. Hal itu erat hubungannya dengan defisiensi makanan.
c.       Anemia hipoplastik
Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru, penyebab belum diketahui dengan pasti, kecuali yang disebabkan oleh sepsis, sinar roentgen dan racun.


d.      Anemia hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya (Prawirohardjo, 2006:451-457).
7.      Penanganan anemia
Penanganan anemia yaitu dengan pemberian kalori 300 kalori/hari dan suplemen besi sebanyak 60 mg/hari (Saifuddin, 2006:282). Meningkatkan peran serta masyarakat dengan cara mengadakan penyuluhan tentang anemia kehamilan dan pentingnya tablet tambah darah serta pemeriksaan kehamilan secara teratur.
8.      Pencegahan anemia
Untuk menghindari terjadinya anemia sebaiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan sebelum hamil sehingga dapat diketahui data-data dasar kesehatan umum calon ibu tersebut. Dalam pemeriksaan kesehatan disertai pemeriksaan laboratorium, termasuk pemeriksaan tinja sehingga diketahui adanya infeksi parasit. Pengobatan infeksi untuk cacing relatif mudah dan murah (Manuaba, 1998:32).
Didaerah-daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi sebaiknya setiap wanita hamil di beri sulfas ferrosus atau glukonas ferrosus, cukup satu tablet sehari. Selain itu wanita di nasehatkan pula untuk makan lebih banyak protein, dan sayur-sayuran yang  mengandung  banyak mineral serta vitamin (Prawirohardjo, 2006:453).


9.      Pengaruh anemia pada kehamilan  dan janin
a.       Pengaruh anemia terhadap kehamilan
1)      Bahaya selama kehamilan
a)      Dapat terjadi abortus
b)      Persalinan prematuritas
c)      Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
d)     Mudah terjadi infeksi
e)      Hiperemesis gravidarum
f)       Perdarahan ante partum
g)      Ketuban pecah dini (KPD).
2)      Bahaya saat persalinan
a)      Dapat terjadi gangguan his
b)      Kekuatan mengejan
c)      Kala pertama dapat berlangsung lama
d)     Sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan
e)      Kala uri dapat diikuti retensio plasenta
f)       Perdarahan post partum karena atonia uteri
g)      Kala empat dapat terjadi perdarahan post partum.
3)      Bahaya pada kala nifas
a)      Memudahkan infeksi puerperium
b)      Pengeluaran asi berkurang
c)      Anemia kala nifas
d)     Mudah terjadi infeksi mamae.
b.      Bahaya terhadap janin
1)      Dapat terjadi abortus
2)       Terjadi kematian intra uterin
3)       Persalinan prematuritas tinggi
4)       Berat badan lahir rendah
5)       Kelahiran dengan anemia
6)       Dapat terjadi cacat bawaan
7)       Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian prenatal
(Manuaba,1998:31-32).
10.  Pembentukan hemoglobin
     Sintesis hemoglobin dimulai dalam proeritroblas dan kemudian dilanjutkan sedikit dalam stadium repikulosit, karena ketika retikolosit meninggalkan sum-sum tulang dan masuk kedalam aliran darah, maka repikolosit tetap membentuk sedikit hemoglobin selama beberapa hari berikutnya.
     Tahap dasar kimiawi pembentukan hemoglobin, pertama suksinit KOA, yang dibentuk dalam siklus krebs, berikatan dengan dlisin untuk membentuk molekul pirol. Kemudian, empat pirol menggabung membentuk protoporfirin IX, yang kemudian bergabung dengan besi untuk membentuik molekul heme. Akhirnya setiap molekul heme bergabung dengan rantai polipeptida panjang yang disebut globin, yang disintesis oleh ribosom, membentuk suatu sub unit hemoglobin yang disebut rantai hemoglobin. Empat dari molekul ini selanjutnya berkaitan satu sama lain untuk membentuk molekul hemoglobin yang lengkap.
     Sel-sel darah merah telah melampaui masa hidupnya dan hancur, maka hemoglobin yang dilepaskan dari sel akan dicerna oleh sel-sel system makrofagmonosit. Disini terjadi pelepasan besi bebas, dan kemudian terutama disimpan ditempat penyimpanan ferifin atau digunakan untuk membentuk hemoglobin baru ( Setiawan, 1997 )
11.  Peningkatan kadar Hb
     Dalam metabolisme besi, ferri direduksi menjadi ferro sehinga mudah diserap oleh mukosa usus. Dengan meningkatnya absorbsi zat besi dalam bentuk ferro maka zat besi yang melalui eritrosit juga meningkat. Sehingga besi dalam plasma meningkat ( dalam bentuk trans ferin ) dan besi yang dipakai untuk cadangan besi dan pembentukan hemoglobin meningkat
     ( Setiawan, 1997 )
     Terdapat keraguan bahwa suplementasi besi dapat memperbaiki status besi ibu. Dibeberapa Negara industri, suplementasi besi dapat meningkatkan hemoglobin. Perbaikan ini dapat terlihat pada akhir kehamilan. Meskipun ibu memasuki kehamilan dengan status besi cukup. Suplementasi dapat mengurangi penipisan persediaan besi dalam trimester ke III.
     Keuntungan dari suplementasi besi selama kehamilan menjadi lebih nyata saat postpartum. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa suplementasi bagi yang berawal dari trimester ke II menghasilkan konsentrasi hemoglobin yang tinggi sampai dua bulan postpartum dan konsentrasi feritin serum yang lebih tinggi selama enam bulan setelah melahirkan dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan suplementasi.
     Manfaat pada status besi ibu postpartum menjadi sangat penting bila interval kehamilan pendek karena ibu dengan suplementasi akan memasuki kehamilan berikutnya dengan status besi yang lebih baik. Banyak ibu mengalami anemia pada periode postpartum karena hilangnya banyak darah pada saat persalinan
     Perhatian yang kurang terhadap hal ini akan menyebabkan meluasnya pengaruh anemia terhadap kualitas hidup ibu. Termasuk kelelahan dan kemampuan untuk mengatasi stress sehubungan dengan kehamilan dan perawatan bayinya ( Boediwarsono, 1991 ).

C.    Konsep Dasar Kehamilan
1.      Pengertian kehamilan
     Kehamilan merupakan masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 Minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Saifuddin, 2006:89).
2.      Diagnosis kehamilan
Lama kehamilan berlangsung sampai persalinan aterm sekitar 280-300 hari dengan perhitungan sebagai berikut:
a.       Kehamilan sampai 28 Minggu dengan berat janin 1000 gram bila berakhir disebut keguguran.
b.      Kehamilan 29-36 Minggu bila terjadi persalinan disebut prematuritas.
c.       Kehamilan berumur 37-42 Minggu disebut aterm.
d.      Kehamilan melebihi 42 Minggu disebut kehamilan lewat waktu atau serotinus (Manuaba, 1998:125).
Kehamilan dibagi menjadi triwulan, yaitu:
1)      Triwulan pertama: 0-12 Minggu
2)      Triwulan kedua: 13-28 Minggu
3)      Triwulan ketiga: 29-42 Minggu (Manuaba, 1998:125).
3.      Tanda dan gejala kehamilan
a.       Tanda-tanda dugaan hamil
1)      Amenore (tidak dapat haid)
2)      Mual dan muntah
3)      Mengidam (ingin makanan khusus)
4)      Tidak tahan suatu bau-bauan
5)      Pingsan
6)      Tidak ada selera makan
7)      Lelah
8)      Payudara membesar, tegang, dan sedikit nyeri
9)      Miksi sering, karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang membesar
10)  Pemekaran vena-vena (varises) dapat terjadi pada kaki, betis dan vulva biasanya dijumpai pada triwulan akhir
b.      Tanda-tanda kemungkinan hamil
1)      Perut membesar
2)      Uterus membesar: terjadi perubahan dalam bentuk, besar dan konsistensi dari rahim
3)      Tanda hegar
4)      Tanda chadwick
5)      Teraba ballotement
6)      Reaksi kehamilan positif
c.       Tanda pasti (tanda positif)
1)      Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasakan atau diraba, juga bagian-bagian    janin.
2)      Denyut jantung janin:
a)      Didengar dengan stetoskop
b)      Dicatat dan didengar dengan alat doppler
c)      Dicatat pada ultrasonografi
3)      Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen (Manuaba, 1998:43-45)
4.      Tujuan pemeriksaan kehamilan
a.       Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
b.      Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi.
c.       Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil.
d.      Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin
e.       Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif
f.       Mempertahankan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal (Saifuddin, 2006:90).
5.      Jadwal pemeriksaan kehamilan
kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu:
a.       1 kali pada triwulan pertama
b.      1 kali pada triwulan kedua
c.       2 kali pada triwulan ketiga (Saifuddin, 2006:90 )
Pelayanan atau asuhan standart minimal termasuk ”7T”
a.       Timbang berat badan
b.      Ukur tekanan darah
c.       Ukur tinggi fundus uterri
d.      Pemberian imunisasi (Tetanus toksoid) TT lengkap
e.       Pemberian tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan
f.       Tes terhadap penyakit menular seksual
g.      Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (Saifuddin, 2006: 90).
6.      Tahap-tahap pemeriksaan leopold sebagai berikut
1)   tahap persiapan pemeriksaan leopold
a.       penderita tidur terlentang dengan kepala lebih tinggi
b.      kedudukan tangan pada saat pemeriksaan dapat diatas kepala atau membujur disamping badan
c.       kaki ditekukkan sedikit sehingga dinding perut lemes
d.      bagian perut penderita dibuka seperlunya
e.       pemeriksaan menghadap kemuka penderita saat melakukan pemeriksaan leopold I sampai III, sedangkan saat melakukan pemeriksaan leopold IV pemeriksa menghadap ke kaki.
2)      tahap pemeriksaan leopold
a)      Leopold I
1.      kedua telapak tangan pada fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus uteri, sehingga perkiraan umur kehamilan dapat disesuaikan dengan tanggal haid terakhir
2.      bagian apa yang terletak di fundus uteri. Pada letak membujur sungsang, kepala bulat keras dan melenting pada goyangan, pada letak kepala akan teraba bokong pada fundus, tidak keras tak melenting, dan tidak bulat, pada letak lintang, fundus uteri tidak diisi oleh bagian-bagian janin.
b)      Kemudian kedua tangan diturunkan menelusuri tepi uterus untuk menetapkan bagian apa yang terletak dibagian samping
1)   letak membujur dapat ditetapkan punggung anak, yang teraba rata dengan tulang iga seperti papan cuci
2)   pada letak lintang dapat ditetapkan dimana kepala janin
c)      Leopold III
Menetapkan bagian apa yang tedapat diatas simpisis pubis. Kepala akan terba bulat dank eras sedangkan bokong teraba tidak keras dan tidak bulat. Pada letak lintang simpisis pubis akan kosong.
d)     Leopold IV
Pada pemeriksaan Leopold IV, pemeriksa menghadap kearah penderita untuk menetapkan bagian terendah janin yang masuk keatas pintu atas panggul. Bila bagian terendah masuk PAP telah melampaui lingkaran terbesarnya, maka tangan yang melakukan pemeriksaan difergen, sedangkan bila lingkaran terbesarnya belum masuk PAP maka tangan pemeriksa konvergan (Manuaba, 1998:135-136).
7.      Tabel 2.1 Hubungan tua kehamilan ( bulan ), besar uterus, dan tinggi fundus uteri
Akhir  bulan
Besar uterus
Tinggi fundus uteri
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
lebih besar dari biasa
telur bebek
telur angsa
kepala bayi
kepala dewasa
kepala dewasa
kepala dewasa
kepala dewasa
kepala dewasa
kepala dewasa

Belum teraba (palpasi)
Dibelakang simfisis
1-2 jari diatas simfisis
Pertengahan simfisis-pusat
2-3 jari dibawah pusat
Kira-kira setinggi pusat
2-3 jari diatas pusat
Pertengahan pusat-proc.xyphoideus
3 jari dibawah px atau sampai setinggi px
Sama dengan kehamilan 8 bulan namun melebar kesamping.
(Mochtar, 1998:52 )







D.    Kerangka Konseptual Penelitian
 









Gambar 2.1 Kerangka konsep
(Ahmadi, 2003:50, Notoatmodjo 2003:16,68,10,103, Nyoman, 2002:17, Sadikin,2002:36, Prawirohardjo,2002:39)
Keterangan
                        : diteliti
 

                        : tidak diteliti
Dari kerangka konsep diatas dapat diuraikan bahwa kejadian anemia dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Hal ini dipengaruhi oleh faktor internal yang terdiri dari pengetahuan, kurang gizi, perdarahan, perilaku, ekonomi dan faktor eksternal yang terdiri dari sosial budaya, sarana dan prasarana kesehatan, KIE bidan dan peran serta bidan.

E. Hipotesis
  Hipotesis adalah suatu jawaban atas pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan dalam perencanaan penelitian. Hipotesis dalam penelitian berarti jawaban sementara penelitian, patokan juga atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2005:72).

No comments:

Post a Comment